Senin, 28 November 2016

EFEK INDUKSI DAN MESOMERI

1. Efek induksi
Efek induksi adalah : Suatu aksi elektrostatik yang diteruskan melalui rantai atom dalam suatu molekul (lewat ikatan σ).
Dan efek itu dapat dinyatakan sebagai I + dan I –
I + jika subtituen yang terikat mendorong elektron ( melepaskan e - )
I - jika subtituen yang terikat menarik Elektron ( mengambil e - )

Menurut konvensi:
 gugus penarik electron yang lebih besar dari hydrogen H merupakan efek induksi –I
gugus penarik electron yang lebih lemah dari hydrogen H merupakan efek induksi +I.

Gugus alkyl yang terikat pada gugus fungsi senyawa organic merupakan gugus pendorong electron, dimana semakin besar alkyl yang terikat pada gugus fungsi akan mengakibatkan factor +I semakin besar.

Berikut ini urutan reaktifitas  induksi –I (penarik electron) adalah sebagai berikut:
            -Cl > -Br > -I > -OCH3 > -OH > -C6H5 > -CH+CH2 > -H
    Efek induksi  dari beberapa gugus  yang terikat pada gugus fungsi senyawa organic dapat dilihat pada tabel berikut ini


Efek induksi dari gugus yang terikat pada rantai R dari asam karboksilat (gugus COOH)
                                       H2O
R – COOH+  + R - COO –
Bila ada gugus yang terkait pada alkil dari asam karboksilat bersifat menarik elektron, maka efek induktif akan diteruskan kesemua atom, oksigen dari hidroksida pada asam menjadi relatif lebih positif, hydrogen mudah lepas kesamaan karboksilat bertambah.
Contoh         :    Bandingkan keasaman dari CH3 COOH pka = 4,80 dan Cl – CH2 – COOH pka = 2,86
Bila ada gugus yang terikat pada alkil dari asam karboksilat bersifat mendorong elektron, maka efek induktif akan diteruskan kesemua atom, oksigen dari hidroksida pada asam menjadi relatif lebih negatif, hidrogen sukar lepas keasmaan karboksilat berkurang.
Contoh         :    Bandingkan keasaman dari CH3 COOH pka = 4,80 dan (CH3)3 C – COOH pka = 5,05 dan
Catatan        :  
1. pka adalah = - log ka, jika pka kecil berarti asam kuat dan sebaliknya
2. Keasaman lebih besar berarti kebasaan lebih kecil dan sebaliknya.

 Efek Induksi (E elektrostatik) akan berkurang dengan adanya jarak gugus induksi dengan pusat reaksi (COOH). Bandingkan keasaman senyawa :
2.1). Cl –(CH2)2 –COOH    pka = 4,0  dan
2.2). Cl –CH2 –COOH       pka =2,86

Factor lain disamping resonansi stabil dari ion karboksilat mempengaruhi keasaman dari senyawa. Delokalisasi lebih jauh dari muatan negatif ion karboksilat menstabilkan anion, relative terhadap asamnya. Penambahan kestabilan dari anion menyebabkan bertambahnya keasaman dari suatu asam. Misalnya, khlor elektronegatif. Dalam asam khloroasetat, khlor menarik keerapatan elektron dari elektron dari gugusan karboksil ke dirinya. Penarikan elektron ini menyebabkan delokalisasi lebih jauh dari muatan negatif, jadi menstabilkan anion dan menambah kekuatan asam dari asamnya. Asam khloroasetat lebih kuat dari asam asetat.
Makin besar penarikan elektron oleh efek induktif, lebih kuat asamnya. Asam dikloroasetat mengandung dua atom khlor yang menarik elektron dan merupakan asam yang lebih kuat dari pada asam khlorasetat. Asam trikhloroasetat mempunyai tiga atom khlor dan lebih kuat lagi daripada asam dikhloroasetat.

Faktor induksi pada berbagai senyawa asam karboksilat yang telah diterangkan di atas maka harga pKa beberapa senyawa asam karboksilat dalam air pada suhu 25oC dapat dilihat pada table 2.

2. Mesomeri
Faktor lain yang mempengaruhi kereaktifan senyawa organic selain induksi yakni factor mesomeri. Efek induksi tidak dapat menjelaskan pengaruh keasaman senyawa asam karboksilat dalam bentuk aromatic maka factor mesomeri yang berperan untuk menentukan keasaman senyawa asam karboksilat tersebut. Jadi factor induksi berperan untuk senyawa alifatik. Disamping itu juga factor induksi berperan terhadap sterik molekul.
 Efek mesomeri identik dengan efek resonansi. Syarat resonansi adanya
(1) bentuk ikatan tunggal-rangkap
(2) pasangan electron bebas: ikatan tunggal-rangkap
(3) orbital kosong: ikatan tunggal-rangkap.

 Mesomeri terjadi karena adanya perpindahan electron atau yang berhubungan dengan konyugasi/resonansi dari substituen yang terikat senyawa aromatis. Mesomeri terdiri dari +M (electron diberikan kepada  system aromatis) dan –M (electron diambil/ditarik dari system aromatis).
            +M merupakan mesomeri dimana electron diberikan kepada system aromatis atau adanya substituen yang terikat pada sistem aromatis yang bersifat sebagai pendorong electron (EDG  electron donating group), mis. senyawa fenol dimana gugus hidroksi yang terikat pada aromatis merupakan +M dimana dalam bentuk struktur resonansi ion fenolat muatan negative terstabilkan sehingga menambah kerapatan electron pada posisi orto dan para.
         
            Adanya stabilisasi resonansi dari senyawa fenol menyebabkan keasaman senyawa fenol > alcohol sedangkan alkoholelektron terpusat pada O sehingga tidak stabil karena tidak ada stabilisasi resonansi.

Urutan reaktivitas mesomeri +M substituen yang terikat pada system aromatis adalah sebagai berikut:
-NH2> -NHR> -NR2> -OH> -OR> -NHCOR(amida)>-C6H5> -R> X

-M merupakan mesomeri dimana electron diambil/ditarik dari system aromatis atau adanya substituen yang terikat pada sistem aromatis yang bersifat sebagai penaRIK electron (EWG  electron withdrawing group), mis. senyawa nitrobenzene dimana gugus nitro yang terikat pada benzene merupakan factor -M dimana dalam bentuk struktur resonansi nitrobenzene muatan parsial + pada posisi orto dan para, oleh karena itu nitrobenzene merupakan pengarah meta jika direaksikan dengan substitusi elektrofilik.Jadi adanya –M  pada system aromatic akan mengurangi kerapatan electron.

Dengan adanya factor mesomeri akan mempengaruhi kereaktifan molekular senyawa organic, mis. kereaktifan antara fenol dengan alcohol seperti yang dijelaskan di atas. Bagaimana sifat kebasaan suatu amina dibandingkan dengan anilin? Senyawa aniline dengan adanya resonansi menyebabkan kerapatan electron pada atom N akan berkurang sehingga kemampuan menarik electron akan berkurang. Oleh karena itu, sifat kebasaan aniline < amina.
            Disamping adanya efek mesomeri dari substituen yang terikat pada system aromatic juga mempunyai sifat induksi. Jenis mesomeri dan induksi yang terikat pada system aromatic (efek resonansi) dapat di lihat pada table 3.


sumber :
http://kampungilmu-fst12.web.unair.ac.id/artikel_detail-116245-Kimia%20Organik-SIFAT%20INTRAMOLEKULAR.html
https://www.scribd.com/doc/146670056/resonansi-efek-induksi
https://bisakimia.com/tag/efek-mesomeri/


Senin, 21 November 2016

GUGUS FUNGSI

Gugus fungsi adalah gugus atom dalam molekul yang menentukan ciri atau sifat suatu senyawa.  Gugus fungsi ini merupakan atom selain atom karbon dan atom hidrogen dalam senyawa hidrokarbon dan membentuk ikatan rangkap. Adapun bagian-bagian dari molekul yang hanya terdiri dari atom karbon dan hidrogen saja serta hanya mengandung ikatan tunggal saja disebut gugus-gugus non fungsional.
Dalam kimia organik, gugus fungsi adalah kelompok tertentu atom atau ikatan dalam senyawa yang bertanggung jawab untuk karakteristik reaksi kimia senyawa itu. Gugus fungsi yang sama akan berperilaku dengan cara yang sama (misalnya, mengalami reaksi yang sama) terlepas dari senyawa yang menjadi bagiannya. Gugus fungsi juga memainkan peranan penting dalam nomenklatur senyawa organik; menggabungkan nama-nama kelompok fungsional dengan nama-nama alkana induk menyediakan cara untuk membedakan senyawa.

1. ALKOHOL
SIFAT FISIKA
  • Titik didih alkohol relatif tinggi. Hal ini merupakan akibat langsung dari daya tarik intermolekuler yang kuat.
  • alkohol adalah polar tetapi tidak semua alkohol dapat larut dalam.·

SIFAT KIMIA
  • Dehidrasi alkohol.
  • Oksidasi alkohol.
  • Reaksi alkohol dengan logam Na&K.
  • Esterifikasi

REAKSI-REAKSI
Reaksi-reaksi yang terjadi dalm alkohol antara lain reaksi substitusi, reaksi eliminasi, reaksi oksidasi dan esterifikasi. Dalam suatu alkohol, semakin panjang rantai hidrokarbon maka semakin rendah kelarutannya. Bahkan jika cukup panjang sifat hidrofob ini mengalahkan sifat hidrofil dari gugus hidroksil. Banyaknya gugus hidroksil dapat memperbesar kelarutan dalam air.

2. ETER 
TATA NAMA
1.IUPAC, eter diberi nama sesuai nama alkananya dengan awalan “ alkoksi “ dengan ketentuan sebagai berikut :
·         Rantai karbon terpendek yang mengikat gugus fungsi – O – ditetapkan sebagai gugus fungsi alkoksinya.
·         Rantaikarbon yang lebih panjang diberi nama sesuai senyawa alkananya
2. Menurut aturan trivial, penamaan eter sebagai berikut : menyebutkan nama kedua gugus alkil yang mengapit gugus – O – kemudian diberi akhiran eter.
Contoh :
Rumus Struktur Eter Nama IUPAC Nama Trivial
  • ·         CH3 – CH2 – O – CH2 – CH3 Etoksietana Dietileter / etiletileter
  • ·         CH3 – O – CH2 – CH2 – CH3 Metoksi propane Metilpropileter
  • ·         CH3 – CH2 – O – CH2 – CH2 – CH3 Etoksi propane Etilpropileter

SIFAT ETER 
1.Titik didih rendah sehingga mudah menguap
2.Sulit larut dalam air, karena kepolarannya rendah
3.Sebagai pelarut yang baik senyawa-senyawa organik yang tak larut dalam air
4.Mudah terbakar
5.Pada umumnya bersifat racun
6.Bersifat anastetik (membius)
7.Eter sukar bereaksi, kecuali dengan asamhalida kuat (HI dan H Br)

REAKSI
1.Pembakaran
Eter mudah terbakar membentuk gas karbondioksida dan uap air.
2.Reaksi dengan Logam Aktif 
Berbeda dengan alkohol, eter tidak bereaksi dengan logam natrium (logamaktif).
3.Reaksin dengan PCl
Eter bereaksi dengan PCl5, tetapi tidak membebaskan HCl.
4. Reaksi dengan Hidrogen Halida (HX)
Eter terurai oleh asamhalida, terutama oleh HI. Jika asam halida terbatas

3. ALDEHID
Aldehida merupakan senyawa organik yang memiliki gugus karbonil terminal. Gugus fungsi ini terdiri dari atom karbon yang berikatan dengan atom hidrogen dan berikatan rangkap dengan atom oksigen. Golongan aldehid juga dinamakan golongan formil atau metanoil. Kata aldehida merupakan kependekan dari alcohol dehidrogenasi yang berarti alkohol yang terdehidrogenasi. Golongan aldehida bersifat polar.
TATA NAMA
Aldehid sudah dikenal sejak lama sehingga penataan nama menggunakan nama trivial sering dipakai. Menurut sistem IUPAC, nama aldehid diturunkan dari nama alkana dengan mengganti akhiran – a menjadi – al. Oleh karena itu, aldehid disebut juga alkanal. Tata nama pada aldehid sama dengan tata nama pada alkohol, rantai terpanjang harus mengandung gugus aldehid.
1.IUPAC
  • Pemberian nama aldehida dilakukan dengan mengganti akhiran – a pada nama alkana dengan – al.
  • Tentukan rantai utama (rantai dengan jumlah atom karbon paling panjang yang terdapat gugus karbonil. Tentukan substituen yang terikat pada rantai utama. Penomoran substituen dimulai dari atom C gugus karbonil.
  • jika terdapat 2 atau lebih substituen berbeda dalam penulisan harus disusun berdasarkan urutan abjad huruf pertama nama substituen. Awalan di-, tri-, sek-, ters-, tidak perlu diperhatikan dalam penentuan urutan abjad sedangkan awalan yang tidak dipisahkan dengan tanda hubung (antara lain: iso-, dan neo-) diperhatikan dalam penentuan urutan abjad.

2.Trivial
  • ·         Aldehida tak bercabang
  • ·         Aldehida bercabang

RUMUS STRUKTUR 
Aldehida merupakan senyawa organik yang mengandung unsur C, H, dan O dengan rumus R-CHO, dimana :
R : Alkil
-CHO : Gugus fungsi aldehida
Sudut yang dibentuk oleh gugus fungsi – CHO sebesar 120 derajat dan panjang ikatan rangkap C=O sebesar 0,121 nm.

SIFAT FISIKA ALDEHIDA
  • Aldehida dengan 1-2 atom karbon (formaldehida, dan asetaldehida) berwujud gas pada suhu kamar dengan bau tidak enak.
  • Aldehida dengan 3-12 atom karbon berwujud cair pada suhu kamar dengan bausedap.
  • Aldehida dengan atom karbon lebih dari 12 berwujud padat pada suhu kamar.
  • Aldehida suhu rendah (formaldehida, dan asetaldehida) dapat larut dalam air.
  • Aldehida suhu tinggi tidak larut air.

SIFAT KIMIA ALDEHID
  • Oksidasi oleh kalium bikromat dan asam sulfat Oksidasi aldehida dengan campuran kalium bikromat dan asam sulfat akan menghasilkan asam karboksilat.
  • Oksidasi oleh larutan Fehling Aldehida dapat mereduksi larutan Fehling menghasilkan endapan merah bata dari senyawa tembaga(I) oksida.
  • Oksidasi oleh larutan Tollens Aldehida dapat mereduksi larutan Tollens menghasilkan cermin perak.

MEKANISME ALDEHID
  • Oksidasi alkohol primer Alkohol primer dapat teroksidasi menghasilkan suatu aldehida dengan katalis kalium bikromat dan asam sulfat.
  • Mengalirkan uap alkohol primer di atas tembaga panas Uap alkohol primer teroksidasi menghasilkan suatu aldehida dengan katalis tembaga panas.
  • Memanaskan garam kalsium suatu asam monokarboksilat jenuh dengan kalsium format. Pemanasam campuran garam kalsium asam monokarboksilat jenuh dengan kalsium format akan menghasilkan aldehida.

KEGUNAAN ALDEHID
  • ·         Formaldehida (metanal) digunakan sebagai pembunuh kuman dan mengawetkan.
  • ·         Formaldehida digunakan untuk membuat plastik termoset (plastic tahan panas).
  • ·         Paraldehida digunakan sebagai akselerator vulkanisasi karet

sumber :
https://amaldoft.wordpress.com/2015/10/26/gugus-fungsi-dan-senyawa-turunan-alkana-turunan-alkana/
http://ilmualam.net/pengertian-gugus-fungsi.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Gugus_fungsional


Senin, 14 November 2016

REGANGAN RUANG DALAM STRUKTUR MOLEKUL ORGANIK
Regangan biasanya berkaitan dengan tegangan. Dimana regangan (strain) itu sendiri adalah perbandingan antara pertambahan panjang batang dengan panjang mula-mula. Sedangkan untuk tegangan (stress) bisa didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya yang bekerja pada benda dengan luas penampang benda.
Adapun definisi lain dari regangan adalah penyimpangan (distorsi) panjang ikatan dan sudut ikatan dari nilai-nilai ideal mereka. Ketika panjang dan sudut ikatan mengalami penyimpangan, energi potensial akan terkumpul di molekul. 
Energi potensial yang terkumpul akan sebanding dengan gaya regangan. Ada 3 macam dari strain: 
1.  Angle Strain
Energi  potensial terkumpul  karena  adanya  penyimpangan  sudut  ikatan  dari  sudut ikatan ideal mereka. Sudut ikatan ideal untuk sp3 adalah 109,5, untuk sp2 adalah 120 dan 180 untuk sp. Contoh dari penyimpangan terjadi pada siklopropana.

Pada siklopropana terjadi hibridisasi sp3 dengan sudut idealnya  adalah  109,5.  Beberapa sudut ikatan  masih mendekati  angka  ideal  namun  pada  ikatan  C-C  segitiga tersebut ada sudut ikatan yang  menyimpang  jauh  yaitu  pada sudut  60.  Semakin  besar  perbedaan  dari sudut  ideal  akan menambah energi potensial dari molekul.
Angel  strain  dari  siklopropana  menyebabkan  molekul  tidak  stabil  dan  sangat  reaktif  karena menyimpan energi potensial yang besar. Jika dibakar siklopropana akan mengeluarkan energi yang lebih besar daripada propana.

2.  Steric Strain
Steric  strain  terjadinya  karena  ada  tolakan  dari  elektron  elektron  antar  gugus atom yang mengurangi gaya sterik seminimalisir mungkin. Contohnya adalah pada 1,3 butadiena



Gambar  tersebut membentuk  formasi cis 1,3 butadiena. Dimana atom  H pada  nomor 1 dan 3 terlalu dekat dan  mengalami gaya tolak sterik. Karena gaya tolakan tersebut gugus H akan memposisikan agar sedikit  mengalami  gaya  tolak  sterik  yaitu  dengan  memutar posisi. Pada ikatan  nomor  2 mempunyai ikatan  tunggal  sehingga  dapat  diputar, sehingga  struktur  akan berubah  menjadi  trans  1,3  butadiena.



3.  Torsional Strain
Torsional strain adalah tegangan sterik yang timbul karena interaksi eklips atau gauche. Pada butana mempunyai gaya gauche yang minim karena masing masing masing gugus besar masih terpisah cukup jauh. Namun  pada  metil  gaya  gauche  cukup  besar karena letak  gugus  besar yang berdekatan sehingga  mempunyai  energi  yang  tinggi  yang tersimpan dalam molekul.


REGANGAN RUANG
Regangan ruang adalah besarnya regangan pada struktur senyawa kimia berbentuk siklik untuk menunjukkan seberapa besarnya regangan ruang dari cicin siklik tersebut. Dimana tabel data mengenai regangan ruang dapat dilihat pada tabel berikut :


“Teori Regangan Baeyer” (Baeyer’s strain theory). Menurut teori ini, senyawa siklik seperti halnya sikloalkana membentuk cincin datar. Bila sudut-sudut ikatan dalam senyawa siklik menyimpang dari sudut ikatan tetrahedral (109,50) maka molekulnya mengalami Regangan.

Regangan Ruang Senyawa Siklik
pada regangan ruang senyawa siklik ini contohnya adalah sikloalkana. Sikloalkana adalah golongan senyawa hidrokarbon jenuh yang rantai atom-atom karbon-karbonnya tertutup (membentuk cincin), sehingga termasuk hidrokarbon siklik. Karena sifat-sifat sikloalkana sangat mirip dengan golongan alkana (hidrokarbon alifatik), maka sikloalkana dikategorikan sebagai hidrokarbon alisiklik. Rumus umum sikloalkana CnH2n.
Sikoalkana memiliki kereaktifan yang sangat mirip dengan alkana, kecuali untuk sikloalkana yang sangat kecil – khususnya siklopropana.
Makin besar penyimpangannya terhadap sudut ikatan tetrahedral, molekulnya makin regang, dan berakibat molekul tersebut makin reaktif.
Berikut adalah regangan dari sikloalkana


Dalam usaha mengurangi regangan agar diperoleh kestabilan, molekul alkana mengalami konformasi. Berikut adalah proses terjadinya konformasi sikloalkana

Regangan Ruang Senyawa Non Siklik
contoh dari regangan ruang senyawa non siklik ini adalah 1,3 butadiena, dimana penjelasannya ada di awal pembahasan tentang regangan.




Sumber:
http://documents.tips/documents/gejala-strainmfaqri-f-h1413100066.html
http://chemistryindo.blogspot.co.id/2014/12/konformasi-siklik-molekul-organik.html


Minggu, 06 November 2016


Beberapa konsep yang diperlukan dalam mempelajari struktur molekul senyawa organik, sebagai berikut:

1.    ELEKTRONEGATIFITAS

Elektronegatifitas adalah sifat kimia yang menjelaskan kemampuan suatu atom menarik elektron menuju dirinya sendiri pada ikatan kovalen. Elektronegativitas tidak bisa dihitung secara langsung, namun harus dikalkulasi dari sifat-sifat atom atau molekul lainnya. Ada beberapa metode perhitungan yang dapat digunakan dalam menghitung elektronegatifitas. Walaupun pada setiap metode terdapat perbedaan yang kecil dalam nilai numeris elektronegativitasnya, semua metode memiliki tren periode yang sama di antara unsur-unsur.
Elektronegativitas merupakan salah satu sifat periodisitas unsur, selain afinitas elektron, jari-jari atom, dan energi ionisasi. Metode perhitungan elektronegatifitas yang umumnya sering digunakan adalah metode Pauling. Hasil perhitungan ini menghasilkan nilai yang tidak berdimensi dan biasanya dirujuk sebagai skala Pauling, dengan skala relatif yang berkisar antara 0,7 sampai dengan 4,0. Bila metode perhitungan lainnya digunakan, terdapat sebuah konvensi (walaupun tidak diharuskan) untuk menggunakan rentang skala yang sama dengan skala Pauling: hal ini dikenal sebagai elektronegativitas dalam satuan Pauling.
Elektronegativitas bukanlah bagian dari sifat atom, melainkan hanya merupakan sifat atom pada molekul. Sifat pada atom tunggal yang setara dengan elektronegativitas adalah afinitas elektron. Elektronegativitas pada sebuah unsur akan bervariasi tergantung pada lingkungan kimiawi, namun biasanya dianggap sebagai sifat yang terpindahkan, yaitu sebuah nilai elektronegativitas dianggap akan berlaku pada berbagai situasi yang bervariasi
Penjelasan pola susunan elektronegatifitas Daya tarik yang dirasakan oleh pasangan elektron ikatan untuk inti yang khusus tergantung pada Jumlah proton pada inti; Jarak dari inti; Banyaknya rintangan oleh elektron yang lebih dalam. Tidak adanya perbedaan elektronegatifitas antara dua atom berperan penting pada ikatan kovalen non-polar murni. Perbedaan elektronegatifitas yang kecil berperan penting pada ikatan kovalen polar. Perbedaan elektronegatifitas yang besar berperan penting pada ikatan ionik Ikatan polar dan molekul polar Pada molekul yang sederhana seperti HCl, jika ikatan yang terjadi adalah polar, maka secara keseluruhan molekul juga barsifat polar. Bagaimana dengan molekul yang lebih rumit? Pada CCl4, tiap ikatan adalah polar.

2.    REGANGAN

Regangan Benda yang menggantung pada tali, menimbulkan gaya tarik pada tali , sehingga tali memberikan perlawanan berupa gaya dalam yang sebanding dengan berat beban yang dipikulnya (gaya aksi = reaksi). Respon perlawanan dari tali terhadap beban yang bekerja padanya akan mengakibatkan tali menegang sekaligus juga meregang sebagai efek terjadinya pergeseran internal di tingkat atom pada partikel-partikel yang menyusun tali, sehingga tali mengalami pertambahan panjang (istilah jawanya : ‘modot atau melur’). Jika pada akhirnya tali telah mengalami pertambahan sejauh Δl dari yang semula sepanjang L, maka regangan yang terjadi pada tali merupakan perbandingan antara penambahan panjang yang terjadi terhadap panjang mula-mula dari tali dan dinyatakan sebagai berikut :

ε = ΔL / L

dimana : ΔL = perubahan panjang (perpanjangan)…………… (satuan  panjang)

L = panjang awal (panjang semula)………………… (satuan panjang)

karena pembilang dan penyebutnya memiliki satuan yang sama, maka regangan adalah sebuah nilai nisbi, yang dapat dinyatakan dalam persen dan tidak mempunyai satuan. Regangan (Strain) Regangan adalah “Perbandingan antara pertambahan panjang (ΔL) terhadap panjang mula-mula(L)” Regangan dinotasikan dengan ε dan tidak mempunyai satuan.

3.    IKATAN HIDROGEN

Ikatan Hidrogen merupakan ikatan antar molekul yang memiliki atom H yang terikat pada atom yang memiliki keelektronegatifitas yang tinggi. Ikatan Hidrogen juga dapat didefinisikan sebagai sejenis gaya tarik antarmolekul yang terjadi antara dua muatan listrik parsial dengan polaritas yang berlawanan.
Walaupun lebih kebanyakan gaya antarmolekul, ikatan hidrogen jauh lebih lemah dari ikatan kovalen dan ikatan ion. Ikatan hidrogen seperti interaksi dipol-dipol dari Van der Waals. Perbedaannya adalah muatan parsial positifnya berasal dari sebuah atom hidrogen dalam sebuah molekul. Sedangkan muatan parsial negatifnya berasal dari sebuah molekul yang dibangun oleh atom yang memiliki elektronegatifitas yang besar, seperti atom Flor (F), Oksigen (O), Nitrogen (N). Muatan parsial negatif tersebut berasal dari pasangan elektron bebas yang dimilikinya.
Air, sebagai dasar kehidupan, disatukan dengan ikatan hidrogen. Gaya tarik antara molekul polar yang mengandung hidrogen dengan pasangan elektron bebas dari molekul oksigen. Pada ikatan polar setiap atom hidrogen bermuatan agak positif sehingga dapat menarik elektron. Ikatan hidrogen menyebabkan titik didih dan titik leleh air tinggi bila dibandingkan molekul lain yang kecil tapi molekulnya nonpolar.
Banyak organik (karboksilat) asam membentuk ikatan hidrogen dimer dalam keadaan padat.


Beberapa gugus hidroksil memberikan banyak kesempatan untuk ikatan hidrogen dan mengarah pada viskositas tinggi zat-zat seperti gliserin dan sirup gula.

Sumber :